Entri Populer

Wednesday, May 4, 2011

Contoh kecil bahwa orang Indonesia tidak harus tunduk kepada bule


Setelah lama gag ada ide tulisan, gua putuskan buat me'forward tulisan yang di tulis di salah satu forum komunitas terbesar di Indonesia tercinta ini, yang menurut gua harusnya bisa membuka mata kita lebih lebar tentang kedudukan kita sebagai manusia di bumi ini.

Gua gag sempet ijin ke orangnya, tapi lewat blog ini ane minta maaf yang sebesar2nya kalu tulisan ente ane repost di sini.. link aslinya ada di sini. thx to agan Kreshna yang bikin fikiran ane terbuka, dan sayangnya tulisan ente udah masuk arsip, moga dengan ane forward di blog ane makin banyak orang - orang Indo yang bisa bangkit. langsung aja dah,, ga usah terlalu banyak bacot..

Mudah-mudahan --dan gua cukup yakin bahwa-- sebagian besar rekan-rekan tidak mudah termakan stereotype tentang orang Asia dan orang bule. Soalnya gua cukup sering bertemu orang yang percaya kepada stereotype semacam ini:
(1) Orang bule itu assertive (tegas, pemberani), blak-blakan, tidak segan berkonfrontasi, dan tidak mau diinjak-injak.
(2) Orang Asia itu sungkan, takut berkonfrontasi, pasrah, dan bersifat submissive (sifat tunduk dan mengabdi).

Yang lebih gua sebal lagi adalah orang Indonesia yang senang tersenyum dan menjilat kepada orang bule, dianggapnya orang bule itu hebat. Dulu gua sering menemukan sikap semacam ini di lingkungan perkantoran di Jakarta, dan ini membuat gua muak. Sikap semacam ini memperkuat stereotype bahwa bangsa Asia adalah bangsa yang bersifat tunduk dan mengabdi (submissive).

Parahnya lagi, banyak orang bule yang mengharapkan bahwa orang-orang Asia itu harus bersikap submissive, tunduk, dan nrimo. Dulu Oom gua pernah mengambil program Doktor Geologi di New Zealand, dan Oom gua ini termasuk orang yang tegas dan assertive. Eh, saat bule-bule itu melihat sikap assertive Oom gua, mereka malah berkomentar, "you should stick to your culture!", seolah-olah orang Asia itu budayanya harus tunduk dan nrimo.

TAPI...

Berikut ini ada suatu contoh debat di suatu forum, yang membuktikan bahwa banyak orang-orang bule yang bersifat sungkan dan takut berkonfrontasi. Sebaliknya, contoh ini membuktikan bahwa ada seorang Indonesia yang bersifat assertive, blak-blakan, dan tidak mau diinjak-injak. Terus terang, orang Indonesia ini adalah gua, tapi tujuan gua bukan untuk menyombongkan diri. Maksud gua adalah untuk menunjukkan bahwa kita bangsa Asia tidak harus mengikuti stereotype itu. Kita jangan mau menjadi korban stereotype. Tidak ada salahnya orang Asia bersikap tegas, blak-blakan, dan assertive.

Forum yang gua sebut di atas itu adalah komunitas penggemar game-game lama. Suasana forum itu cukup menyenangkan dan bersahabat, tapi forum itu tidak sempurna. Di semua forum, pasti ada saja orang-orang brengsek yang menjadi bully. Kalau agan-agan masih ingat masa SMA jaman dulu, bully adalah orang-orang sok jagoan yang suka menindas dan menggertak adik kelas, atau menggertak murid-murid yang dianggap lemah.

Topik diskusi di forum itu sebetulnya cuma hal sepele. Gua mengeluhkan game-game baru yang memiliki teknologi 3D canggih, tapi juga memiliki tata warna yang suram. Sedangkan game-game lama, teknologi grafiknya lebih kuno, tapi tata warna -nya lebih cerah. Ternyata, banyak penggemar game-game lama yang setuju dengan gua.

Tapi ada seorang bully yang mencoba untuk menggertak gua di diskusi itu, namanya ADDiCT.

Sebetulnya gua sama sekali tidak berkeberatan dengan flame dan saling maki-makian di forum, tapi alasannya harus jelas. Masalahnya, si bully ini sama sekali tidak punya alasan untuk memaki-maki gua. Alasannya sangat dibuat-buat dan tidak jelas, jadi rupanya dia cuma ingin menggertak gua. Yah, namanya juga bully. Dimana-mana, yang namanya bully itu memang sok jagoan dan senang menggertak orang, dengan alasan yang dibuat-buat.

Mungkin juga dia berpikir, bahwa mentang-mentang gua orang Asia, maka gua akan tunduk dan "nrimo" saat dimaki-maki oleh dia. Soalnya semua orang di forum itu tahu bahwa gua orang Indonesia, gua jelas-jelas menyebutkan Indonesia sebagai lokasi.

Hm, rupanya dia salah. Hah!

Gua bukan orang yang bersifat tunduk dan submissive. Gua bukan orang yang bersikap "nrimo" dan menghindari konfrontasi. Saat dia memaki-maki gua, maka gua balas maki-maki dengan lebih sadis (perhatikan komentar gua tentang "prison shower", yang mengimplikasikan bahwa dia senang disodomi di kamar mandi penjara). Bahkan bukan hanya itu, gua terus menggunakan bukti-bukti dan logical reasoning untuk memojokkan dia, sehingga akhirnya dia tidak berkutik. Gua pun sukses menampilkan gambar CONCESSION ACCEPTED dengan tema Muhammad Ali menonjok Joe Frazier. Hah!

Siapa bilang orang Indonesia harus bersifat submissive, tunduk, dan "nrimo"?

Tapi setelah pertempuran berakhir, ternyata jadi banyak bule-bule anggota forum yang mendukung gua (Malik bukan bule, tapi yang lainnya bule semua). Ternyata, mereka adalah korban-korban yang selama ini diam dan tidak berani melawan. Setelah mereka menyaksikan gua MENGHAJAR si penindas, maka mereka jadi berani bangkit dan bersuara. Bahkan ada seorang bule yang menganggap gua sebagai pahlawan. Dia bilang, "Kreshna, you're the man."

Siapa bilang orang bule bersifat tegas dan assertive? Kenyatannya, bule-bule di forum itu pasrah dan nrimo menghadapi kebrengsekan si penindas, dan baru bangkit setelah mereka melihat gua melawan. Padahal gua ini orang Indonesia, orang Asia, yang katanya pasrah dan nrimo.

Memang betul bahwa debat itu sangat sepele. Itu kan cuma debat masalah warna di game. Tapi debat itu merupakan suatu contoh kecil dimana bule-bule yang selama ini tunduk dan "nrimo", menjadi bangkit karena menyaksikan keberanian ORANG INDONESIA.


Jangan percaya kepada stereotype, jangan mau menerima stereotype. Gua bukan orang Jawa, tapi katanya orang Jawa itu feodal. TAPI feodalisme dan sikap tunduk orang Jawa dibentuk oleh penjajah Belanda. Sebelum kedatangan Belanda, orang Jawa itu pemberani dan blak-blakan. Orang Jawa suka berdemonstrasi dan berunjuk rasa menentang keputusan raja. Demonstrasi itu dilakukan di lapangan yang disebut alun-alun.

Ada salah satu kenalan gua yang cukup bodoh sehingga menganggap bahwa orang bule itu pintar dan tidak percaya tahyul. RUBBISH! Dulu ada bule Perancis yang mengontrak rumah milik ortu gua, dan si bule itu takut kepada kuntilanak yang katanya menghuni pohon beringin di depan rumah. Jadi bule juga percaya tahyul. Budaya negatif seperti tahyul tidak harus jadi budaya khas orang Asia, karena orang bule juga percaya tahyul.

Mungkin, hanya orang Indonesia yang bodoh, norak, dan kurang pendidikan (contohnya: artis sinetron) saja yang menganggap bule itu hebat. Banyak teman-teman gua yang pernah tinggal atau sekolah di luar negeri, dan mereka menganggap bule itu biasa saja. Malah ada seorang teman yang gua kenal dari kecil, yang pernah tinggal lama di Australia. Dia sempat digertak oleh bule-bule rasis Australia, "go back to your country". Tapi dia tidak takut, dia MELAWAN. Dia bilang, "YOU go back to your country, this land belongs to Aborigin people!" Padahal teman gua itu perempuan, tapi berani melawan bule.

Anyway, memang betul, Australia itu kan sebetulnya milik orang Aborigin, sedangkan bule-bulenya adalah penjahat-penjahat dan preman-preman yang dibuang ke Australia.

Tapi... gua sedih melihat banyak orang Indonesia yang sepertinya tidak berdaya menghadapi bule. KPK sibuk mengusut korupsi yang dilakukan oleh bangsa sendiri, tapi bagaimana dengan korupsi dan perampokan yang dilakukan oleh Freeport di Papua? Bagaimana dengan kasus penjualan ladang minyak Cepu yang merugikan Indonesia? Apakah mentang-mentang koruptornya orang bule, lalu kita tunduk begitu saja? Tidak heran harga minyak semakin naik, padahal kita negara penghasil minyak. Jadi kita sudah tidak lagi menjadi penghasil minyak, karena ladang minyaknya dibeli murah oleh perusahaan bule.

Well, minimal di negara kita baru bensin dan listrik yang naik, sedangkan Bolivia lebih parah lagi, dimana HARGA AIR NAIK 3 KALI LIPAT karena penjajahan ekonomi oleh IMF. Hal yang sama juga terjadi di Tanzania.


Setelah 65 tahun merdeka, ternyata negara kita ini masih dijajah bule, demikian juga dengan negara-negara berkembang lainnya. Negara-negara berkembang dijajah negara-negara bule atas nama globalisasi dan pasar bebas.



Catatan:

Gua bukan aktivis politik, gua bahkan pernah hampir ditipu 200 juta oleh aktivis politik yang brengsek. Gua sudah Golput dan apatis kepada politk lokal. Tapi gua tetap seorang liberal free-thinker (pemikir bebas) yang menjunjung tinggi kebebasan berpikir, logic dan science, dan kebebasan berbicara. Alasan gua membuat tulisan ini adalah supaya pemikiran ini tersebar, sehingga mudah-mudahan terbentuk Indonesia yang lebih baik.

Kalau ada seorang aktivis politik atau politikus yang idealis, dan menyebarluaskan pemikiran ini sehingga tercipta Indonesia yang lebih baik, maka gua sudah senang. Kalaupun nanti DIA yang dianggap pahlawan, gua nggak merasa rugi. Pokoknya gua sudah senang melihat pemikiran ini tersebar, sudah senang melihat bangsa Indonesia yang tidak tunduk kepada bule.

Di Singapore, gua pernah melihat seorang boss berkebangsaan Asia memaki-maki bawahannya yang orang bule. Di Malaysia, gua pernah melihat seorang tamu hotel berkebangsaan Asia memaki-maki manajer hotel yang orang bule. Kira-kira orang Indonesia berani nggak ya seperti itu? Ada nggak ya tokoh politik yang bisa mewujudkan Indonesia yang seperti itu?



Catatan lagi:

Ingatlah bahwa orang Asia sudah lebih dahulu menemukan mesiu dan kertas sebelum orang bule. Orang bule demokratis? PSHAW! RUBBISH! Mereka mencontek demokrasi dari orang-orang Indian Amerika.